Friday, June 02, 2006

 



Seputar Gempa Bumi
oleh Akhirudin Subkhi*


Negeri Indonesia terkena bencana dan harus berduka lagi. Masih ingat pada kenangan kita bencana tsunami di Aceh, banjir di kota-kota besar negeri ini, tanah longsor di Banjarnegara dan Jember dan sekarang Gempa bumi pada sabtu 27 Mei 2006 jam 05.53 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami gempa yang berkekuatan 5,9 skala Richter berasal dari kedalaman 33 km Samudra Hindia dengan koordinat 8,26 LS 110,33 BT berjarak sekitar 38 km selatan Yogyakarta.
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Gempa ini tidak hanya menelan ribuan jiwa orang dan lainnya luka-luka tetapi puluhan ribu rumah penduduk dan fasilitas umum ikut hancur luluh lantak terkena guncangan gempa tersebut. Gempa yang terjadi di Yogyakarta pada hari Sabtu kemarin merupakan gempa bumi yang cukup besar kesekian kalinya setelah tahun 1867, 1937 dan 1943. Fast moment sensor yang dilakukan USGS menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut merupakan gerakan patahan/ sesar geser aktif di daerah bagian selatan Yogyakarta berarah barat daya-timur.
Perbedaan Pendapat
Dari tiga seri data dicoba diplot kedalam peta Google Earth. Satu data dari USGS (United tatesological Survey,dan satu seri data dari BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) serta satu data pusat gempa utama dari EMSC (European–Mediterranean Seismological Centre) Dugaan USGS kekuatan gempa sebesar 6.3 Skala Richter dan sumber gempa tersebut berada di darat di dekat sungai Opak. Kedalaman gempa ini sangat dangkal, diperkirakan hanya 10 Km, sehingga efek atau daya rusaknya sangat besar hingga mencapai sekitar 6-7 MMI. Gempa susulan menurut USGS berada sebeahtimurlautdari Gempa utama. Hasil perhitungan BMG menunjukkan gempa berada 25 km sebelah selatan Pantai Parangtritis. Kedalam gempa diperkirakan BMG 33 Km, dengan gempa susulan bergerak kearah timur. Perkiraan dari hasil BMG menunjukkan kemungkinan gempa tersebut adalah akibat subduksi antara Kerak Benua Asia yang bertubrukan dengan Kerak Samodra Australia. Perbedaan pengukuran ini sering terjadi, bahkan juga dengan lembaga pengukur gempa lain yg juga berbeda dengan USGS, misalnya EMSC (European-Mediterranean Seismological Centre) yg menduga pusat gempa berasa diselatan Klaten EMSC tidak memiliki data gempa susulan utk gempa ini. Pada Kompas edisi Ahad (28/Mei) Kawasan selatan Pulau Jawa berada disekitar wilayah bertumbrukanya lempeng tektonik Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia bergerak ke utara 4 sampai 6 cm tiap tahunnya, mendesak lempeng Eurasia. Gerakan ini menimbulkan tekanan Indo-Australia tergelincir ke bawah lempeng Eurasia (mengakibatkan terjadinya subduksen) melepaskan energi getaran hebat yang disebuat gempa tektonik.
Peluang Tsunami kecil.
Saat hari kejadian dan sampai sekarang pun masih beredar isu dari orang-orang tak bertanggungjawab tentang adanya atau terjadinya tsunami yang ini sangat membuat panik masyarakat yang masih keadaan shock dan berduka akibat gempa yang terjadi. Pada hal aparat (steak holder) yang terkait dalam hal ini Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Daerah Istimewa Yogyakarta telah memastikan tidak ada sunami dan sebagai bentuk menenangkan masyarakat agar tidak mudah terpengaruh pada isu-isu yang tidak bertanggungjawab. Pernyataan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Daerah Istimewa Yogyakarta ini diperkuat dengan hasil penelitian UGM. Menurut team penelitian Jurusan Teknik Geologi UGM Yogyakarta yang diketuai Dr. Ir Dwikorita Karnawati Msc dikatakan bahwa kerusakan terparah di Yogyakarta Dikatakan, kerusakan terparah di sekitar Yogyakarta terdapat di daerah Kotagede, Imogiri, Gandu, Bantul, Jetis dan Sentolo. Ditengarai, semakin ke selatan kerusakannya semakin parah, namun mendekati pantai justru tidak parah. Dilihat dari kondisi dan lokasi, kerusakan yang lebih parah terjadi di atas tanah pasir, lepas endapan quarter (endapan Merapi). Kerusakan yang relatif kurang terjadi pada batuan tersier di bukit-bukit atau perbukitan. Dan menurutnya pula gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta ini untuk potensi menimbulkan Tsunami sangat kecil karena tidak memenuhi syarat yaitu adalah terjadinya patahan vertikal (gempa saat ini akibat patahan geser mendatar), skala kekuatan gempa lebih besar dari 6 skala Richter Terdapat pula kolom air yang tebal di atas episenter yang umumnya terjadi dengan episenter di bawah laut. Pada gempa yang baru lalu, episenter berada di dekat pantai, sehingga tidak cukup kolom air yang tebal di atas episenter. ''Dengan demikian, ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi dalam kejadian gempa bumi hari Sabtu lalu, sehingga dapat dipastikan tsunami tidak terjadi,'' demikian Dr Ir Dwikorita Karnawati MSc.
Dengan demikian telah jelas bahwa isu adanya tsunami tidak benar dan sangat kecil peluang terjadinya, dan tentunya semoga semua masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta bisa tenang dan tidak mudah ter"makan" oleh isu yang digulirkan dari orang-orang yang tak bertanggungjawab. Semoga Allah SWT memberi kekuatan kepada semua masyarakat Yogyakarta untuk menghadapi musibah ini dan bisa mengambil hikmah yang ada.amin. Kita disatukan tidak harus dengan musibahkan ? allahualam.

* Ketua Umum PK IMM Hamka Semarang (UNNES) periode 2004-2005, mahasiswa Geografi Universitas Negeri Semarang.

Comments: Post a Comment



<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?